Pages

Selasa, 07 Desember 2010

Saat Kita Harus Menunggu


Hei.. saya mulai menulis lagi, tepatnya mencoba untuk menulis, menulis tiap hari tentang apa yang saya rasakan tentang dunia di sekitar saya, menurut cara pendang saya. Ya, menulis untuk kebiasaan.

Hari ini, 6 desember 2010 saya ujian OSCE, ujian skills untuk  calon dokter. Apa aja sih yang dites? Yang pertama, Komunikasi, hal ini sangat penting untuk dokter, kalo ga bisa komunikasi, ga bisa jadi dokter. Dalam komunikasi, kita tahu bagaimana caranya anamnesis, sambung rasa ke pasien, menghormati pasien dan lainnya. Kita sebagai seorang dokter harus mengkondisikan atmosfer yang nyaman di ruangan. Kita juga harus ramah, pasien itu lebih condong mengungkapkan semua keluhannya kepada dokter yang ramah. Oia, saat dilakukan komunikasi, harus bener-bener yakin dan menanyakan dengan detil. Oia, buat ujian OSCE ini, apalin aja check list. Yang penting mengalir, jadi kalo udah keasikan nanya, jadi keluar sendiri ko, ga perlu pikir panjang. Jangan grogi, anggap kalo dokter pengawasnya ga ada. Hehehe...

Tadi di pos kedua, pemeriksaan fisik, ngapain? Saya sempet lupa gara-gara grogi, bener-bener blas lupa apa yang mau di omongin, hehehe...tapi Alhamdulillah, akhirnya selesai tepat waktu...Thanks ya Allah, semoga saya lulus.

Pos ketiga, antopometri, yaudah, lakuin aja kayak kita latihan, agak ga jelas karena harus mengulang 3x setiap pengukuran. Aku ngukur BB dan TB plus BMI. Tapi dokternya Cuma ngedengerin di meja terus makan, hadoh...

Pas vital sign, ah, sudah terakhir dan sepertinya energi saya sudah low, dan lakukanlah sesuai check list....hahaha, check list sebagai pedoman hidup, eh salah pedoman OSCE maksudnya.

Tapiiiiiiiiiiiiiii, bukan itu intinya, bagi-bagi infonya tentang OSCEnya udah dulu ya. Saya mau berbagi tentang apa yang saya dapatkan selain tes itu, itu tentang menunggu. Kenapa mesti menunggu? Ya, jadi ntar ada 10 kursi kalo ga salah, di tempatin sama masing-masing orang. Trus rolling, bell sebagai tanda rolling. Oiya waktu untuk tiap posnya itu 8-9 menit. Kebanyakan teman-teman saya sudah selesai sebelum waktu habis. Kenapa mesti menunggu sih? Karena ada 10 kursi tapi ada 4 pos, kursi nomor ganjil diluar alias menunggu dan ada pos yang kosong. Jadi saat di kursi penantian itu, aku sempet mikir, mikir banyak sih.....

Yang pertama, dulu saya berpikir kalo menunggu itu ialah hal yang membosankan, yaiyalah kalo nungguin orang tapi orangnya ngaret. Yup bener banget, tapi dalam konteks ini beda. Saat menunggu, sebenarnya masih banyak hal yang kita lakukan, kita diberikan waktu lebih untuk mempersiapkan sesuatu yang kita tunggu. Ya, misalnya di ujian OSCE ini, pas kita menunggu di luar aka ngantri, kita bisa istirahat dulu, mengingat lagi check list yang ada. Saat menunggu ujian blok*emang ada yang nunggu?* kita bisa mempersiapkannya sebaik-baiknya untuk menghadapi ujian itu dengan belajar. Ya lagi-lagi belajar.

Saat menunggu, kita bisa merenung. Tapi jangan merenung yang aneh-aneh. Kita bisa merenungkan kesalahan-kesalahan kita. Merenungkan apa kekurangan kita dari apa saja yang kita lakukan, dan berusaha untuk memperbaikinya.

Saat kita menunggu, sebenarnya kita bisa melakukan hal-hal lain yang bermanfaat lainnya, misalnya kalo nungguin kuliah, daripada ngalor ngidul ga jelas, mendingan ke perpus buat baca buku, ya usahakan untuk bisa mengisi waktunya dengan aktifitas yang bermanfaatlah. Terus kalo lagi nunggu bus, kita bisa beristigfar sambil menunggu, ya daripada bengong. Insya Allah dapet kebaikan di akhirat.
Saat menunggu, kita bisa memikirkan planning atau rencana untuk sesuatu yang lain atau bisa saja untuk sesuatu yang ditunggu itu.

Saat menunggu, kita bisa melihat yang lain. Karena ga ada kerjaan, saat kita menunggu, mungkin kita bisa memperhatikan apa yang tadinya biasa kita lewatkan. Misalnya, melihat kebiasaan orang di jalan. Atau kalo lagi nungguin bus di jalan raya, ngitungin mobil atau motor yang lewat dan mungkin kita akan menyadari sesuatu dan bisa belajar dari apa yang ada di sekeliling kita yang seringkali kita lewatkan.
Kita di dunia ini pun menunggu, menunggu malaikat mencabut nyawa kita. Dan kehidupan ini ialah masa tunggunya. Dalam masa tunggu ini, kita harus beribadah sebik-baiknya, sebanyak-banyaknya, seikhlas-ikhlasnya dan sesuai syariah. Dalam masa tunggu ini, banyak yang harus kita persiapkan untuk bekal kita di akhirat kelak. Ya, ilmu bermanfaat, anak yang sholeh, dan amal jariyah. Persiapkanlah dari sekarang selama itu belum terlambat. Dalam masa tunggu ini, kita bisa merenungkan dosa-dosa dan kesalahan kita. Karena dosa itu ga seperti pulsa yang bisa dicek sesuka hati dan dosa itu ga keliatan, jadi takut-takutlah dengan dosa apa yang kita pernah perbuat. Dalam masa tunggu ini, kita bisa belajar. Belajar dari buku sampai pengalaman. Ya pokoknya belajar tentang kebaikan.

Sebenarnya ketika kita harus menunggu, itu berarti Allah sedang memberikan kita kesempatan untuk mempersiapkan apa yang kita tunggu. Ya, bersyukurlah ketika engkau bisa menunggu sesuatu, karena dalam masa tunggu, kita bisa melakukan hal lainnya.

Yaaaaa, dimanapun, kapanpun, bagaimanapun, kita harus bersyukur kepada Allah.

Oia, belajar untuk tidak membuat orang menunggu itu lebih baik lho. *jadiingetpenyakitorangIndonesia*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar