Pages

Rabu, 22 Desember 2010

ga pake judul

ntar kalo pulang, mau beli kue ulangtahun buat diri sendiri,,,,hehehe,,,,atau bikin ya,,,,

Jumat, 10 Desember 2010

Secuil ilmu untuk hari ini...

Hmmm,,,,tadi pas aku AAI, saat di tengah pelajaran tentang tarbiyah islam. Mbak AAI ku melontarkan suatu kata-kata yang saya baru menyadarinya bahwa sesuatu yang sudah biasa kita (saya juga) katakan itu adalah salah. Emang apa sih yang dilontarkan oleh si mbak? Ini nih....

Pernah ga sih kita ngomong sama ade kita, temen kita, ibu kita, tetangga kita, pokoknya sama siapapun begini..

“jangan lupa sholat ya!!” dan “Belajar yang rajin ya!!”

Pernah kan? Ngaku hayo...pasti pernah bahkan sering. kalo saya mah iya*ngaku. Jadi sebenarnya kalimat itu kurang benar. Terimakasih untuk mba ima yang sudah menyadarkan saya. Oke, pasti bertanya-tanya yang kurang bener opo tho?

Gini, Pada kata “ jangan lupa shalat” kesannya sholat itu sering dilupakan dan kesannya melupakan sholat itu hal biasa. Sebaliknya pada kata “belajar yang rajin”, sepertinya belajar itu merupakan suatu yang diwajibkan yang tingkat kepentingannya melebihi kepentingan untuk sholat. Dan kita ga boleh meninggalkannya dan seharusnya menembah intensitasnya. Emang sih belajar itu amat sangat baik, tapi belajar apa dulu nih? Belajar tentang ilmu dunia atau akhirat? Dalam konteks ini, rajin belajar itu ya rajin belajar matematika, fisika, biologi dan ilmu keduniaan lainnya, baik memang, tapi kalau menyampingkan akhirat itu malah jadi yang nggak baik.

Membandingkan kalimat pertama dan kedua ini, saya pikir,ya menurut saya lho, orang-orang kita lebih ‘dunia’ oriented. Kalo kata2 rajin itu mencerminkan bahwa sebenarnya belajar itu wajib dan untuk lebih baik, intensitasnya diperbanyak sampai mencerminkan kata ‘rajin’. Beda sama ‘jangan lupa’. Kayaknya bukan merupakan suatu kewajiban, dan kalo ga dilakukan juga ga dosa-dosa banget. Padahal dalam hadist juga disebutkan bahwa shalat merupakan salah satu poin dalam rukun islam. masa sholat disamakan dengan larangan merokok, kayak gini “jangan merokok”. Wah wah jauh banget tuh. Seharusnya kita menasihati diri kita sendiri dan orang lain “Rajin shalat ya!”. Dan “jangan lupa belajar”. Karena sesungguhnya tingkat kepentingan sholat jauh lebih tinggi dibandingkan dengan belajar ilmu dunia. Tetapi jangan lupa juga belajar ilmu dunia, selama ilmu itu bermanfaat bagi ummat.

Jadi, mulai sekarang ganti yo semboyannya, dari

“jangan lupa sholat ya!!” dan “Belajar yang rajin ya!!”

dengan

“Sholat yang rajin ya!!” dan “ jangan lupa belajar ya!!”

Biar intensitas sholatnya lebih banyak. Dan ga lupa juga belajar juga.

Jadi seorang muslim yang beriman dan bertaqwa. Biar bisa jadi muslim yang berwawasan luas. Biar bisa jadi muslim yang bermanfaat.

Keep Struggling....HAMASAH, BISMILLAH!!

Selasa, 07 Desember 2010

GAJE

Di KOSAN SenDIriAn (alaymode:on)
sudah sangat sering saya ditinggal sendirian di kosan, pada jahat emang nih mbak mbaknya.
alhasil, saya ngapain? nyetel TV(nonton sinchan yang gaje juga) sambil nulis tulisan yang gaje ini. 14 jam yang lalu saya dilanda musibah, flash disk yang isinya foto-foto doang yang dikumpulin dari SMP, yang ga ada backupannya ilang, saya ga bercanda, benar-benar hilang. nangis nangis gue...
dan akhirnya saya format ulang dan saya isikan film slumdog, saya baru tadi pagi nonton ini, seru beeng. keren lho, padahal basi banget dah. hari ini saya gaje, ga ngapa-ngapain, padahal mesti ngerjain laporan tutorial tentang marasmus kwasiorkor. ntar deh.
oia, sebelumnya MET TAHUN BARU HIJRIYAH ya KAWAN.....

sekarang saya lagi suka ngeti di laptop saya, mengetik walaupun tentang hal yang ga jelas, mengetik apa yang ada di otak saya. dengan background berita di TV dan suara anak-anak depan rumah yang seneng banget mainin pager rumah, kckckck, kenapa sih pada suka? tanya kenapa?

sebulan lagi insya Allah saya pulang, sudah kangen rumah, sudah jenuh dengan solo. Mau jalan-jalan....

mau KESANA..

Soloooooooooooooooooo

Current city : Surakarta

jadi inget kata-kata ini di facebook. solo aka Surakarta adalah kota tempat tinggalku sekarang, bahkan mungkin sampai lima tahun mendatang, sampai lulus kuliah di kedokteran UNS.
solo, dengan segala kesemrawutannya, dengan lampu merah yang nggak ngefek, dengan bus solo trans yang sepi, dan dengan kemacetannya.
selain kekurangan-kekurangan solo diatas, masih banyak kok kelebihannya.
di solo, makanan lebih murah. dengan uang 1500, udah bisa kenyang, dapet nasi+sayur banyak lagi*pengalaman pribadi*. dan lainnya deh yang masih banyak.

di solo ini pun saya bertemu dengan orang-orang hebat yang inspiratif. di solo, saya bisa merubah kebiasaan saya. di solo saya belajar untuk bisa lebih mandiri dan tidak manja. belajar untuk tidak bergantung pada orang lain, belajar untuk mengerjakan semuanya sendiri. disini, saya belajar untuk menghargai orang, belajar untuk tidak egois, dan belajar untuk ujian blok yang pasti.

hmmmm.....solo, sudah bikin saya kangen binong....

udah ga jelas mau nulis apa nih,, sudah amat sangat ngantuk bin laper.

Saat Kita Harus Menunggu


Hei.. saya mulai menulis lagi, tepatnya mencoba untuk menulis, menulis tiap hari tentang apa yang saya rasakan tentang dunia di sekitar saya, menurut cara pendang saya. Ya, menulis untuk kebiasaan.

Hari ini, 6 desember 2010 saya ujian OSCE, ujian skills untuk  calon dokter. Apa aja sih yang dites? Yang pertama, Komunikasi, hal ini sangat penting untuk dokter, kalo ga bisa komunikasi, ga bisa jadi dokter. Dalam komunikasi, kita tahu bagaimana caranya anamnesis, sambung rasa ke pasien, menghormati pasien dan lainnya. Kita sebagai seorang dokter harus mengkondisikan atmosfer yang nyaman di ruangan. Kita juga harus ramah, pasien itu lebih condong mengungkapkan semua keluhannya kepada dokter yang ramah. Oia, saat dilakukan komunikasi, harus bener-bener yakin dan menanyakan dengan detil. Oia, buat ujian OSCE ini, apalin aja check list. Yang penting mengalir, jadi kalo udah keasikan nanya, jadi keluar sendiri ko, ga perlu pikir panjang. Jangan grogi, anggap kalo dokter pengawasnya ga ada. Hehehe...

Tadi di pos kedua, pemeriksaan fisik, ngapain? Saya sempet lupa gara-gara grogi, bener-bener blas lupa apa yang mau di omongin, hehehe...tapi Alhamdulillah, akhirnya selesai tepat waktu...Thanks ya Allah, semoga saya lulus.

Pos ketiga, antopometri, yaudah, lakuin aja kayak kita latihan, agak ga jelas karena harus mengulang 3x setiap pengukuran. Aku ngukur BB dan TB plus BMI. Tapi dokternya Cuma ngedengerin di meja terus makan, hadoh...

Pas vital sign, ah, sudah terakhir dan sepertinya energi saya sudah low, dan lakukanlah sesuai check list....hahaha, check list sebagai pedoman hidup, eh salah pedoman OSCE maksudnya.

Tapiiiiiiiiiiiiiii, bukan itu intinya, bagi-bagi infonya tentang OSCEnya udah dulu ya. Saya mau berbagi tentang apa yang saya dapatkan selain tes itu, itu tentang menunggu. Kenapa mesti menunggu? Ya, jadi ntar ada 10 kursi kalo ga salah, di tempatin sama masing-masing orang. Trus rolling, bell sebagai tanda rolling. Oiya waktu untuk tiap posnya itu 8-9 menit. Kebanyakan teman-teman saya sudah selesai sebelum waktu habis. Kenapa mesti menunggu sih? Karena ada 10 kursi tapi ada 4 pos, kursi nomor ganjil diluar alias menunggu dan ada pos yang kosong. Jadi saat di kursi penantian itu, aku sempet mikir, mikir banyak sih.....

Yang pertama, dulu saya berpikir kalo menunggu itu ialah hal yang membosankan, yaiyalah kalo nungguin orang tapi orangnya ngaret. Yup bener banget, tapi dalam konteks ini beda. Saat menunggu, sebenarnya masih banyak hal yang kita lakukan, kita diberikan waktu lebih untuk mempersiapkan sesuatu yang kita tunggu. Ya, misalnya di ujian OSCE ini, pas kita menunggu di luar aka ngantri, kita bisa istirahat dulu, mengingat lagi check list yang ada. Saat menunggu ujian blok*emang ada yang nunggu?* kita bisa mempersiapkannya sebaik-baiknya untuk menghadapi ujian itu dengan belajar. Ya lagi-lagi belajar.

Saat menunggu, kita bisa merenung. Tapi jangan merenung yang aneh-aneh. Kita bisa merenungkan kesalahan-kesalahan kita. Merenungkan apa kekurangan kita dari apa saja yang kita lakukan, dan berusaha untuk memperbaikinya.

Saat kita menunggu, sebenarnya kita bisa melakukan hal-hal lain yang bermanfaat lainnya, misalnya kalo nungguin kuliah, daripada ngalor ngidul ga jelas, mendingan ke perpus buat baca buku, ya usahakan untuk bisa mengisi waktunya dengan aktifitas yang bermanfaatlah. Terus kalo lagi nunggu bus, kita bisa beristigfar sambil menunggu, ya daripada bengong. Insya Allah dapet kebaikan di akhirat.
Saat menunggu, kita bisa memikirkan planning atau rencana untuk sesuatu yang lain atau bisa saja untuk sesuatu yang ditunggu itu.

Saat menunggu, kita bisa melihat yang lain. Karena ga ada kerjaan, saat kita menunggu, mungkin kita bisa memperhatikan apa yang tadinya biasa kita lewatkan. Misalnya, melihat kebiasaan orang di jalan. Atau kalo lagi nungguin bus di jalan raya, ngitungin mobil atau motor yang lewat dan mungkin kita akan menyadari sesuatu dan bisa belajar dari apa yang ada di sekeliling kita yang seringkali kita lewatkan.
Kita di dunia ini pun menunggu, menunggu malaikat mencabut nyawa kita. Dan kehidupan ini ialah masa tunggunya. Dalam masa tunggu ini, kita harus beribadah sebik-baiknya, sebanyak-banyaknya, seikhlas-ikhlasnya dan sesuai syariah. Dalam masa tunggu ini, banyak yang harus kita persiapkan untuk bekal kita di akhirat kelak. Ya, ilmu bermanfaat, anak yang sholeh, dan amal jariyah. Persiapkanlah dari sekarang selama itu belum terlambat. Dalam masa tunggu ini, kita bisa merenungkan dosa-dosa dan kesalahan kita. Karena dosa itu ga seperti pulsa yang bisa dicek sesuka hati dan dosa itu ga keliatan, jadi takut-takutlah dengan dosa apa yang kita pernah perbuat. Dalam masa tunggu ini, kita bisa belajar. Belajar dari buku sampai pengalaman. Ya pokoknya belajar tentang kebaikan.

Sebenarnya ketika kita harus menunggu, itu berarti Allah sedang memberikan kita kesempatan untuk mempersiapkan apa yang kita tunggu. Ya, bersyukurlah ketika engkau bisa menunggu sesuatu, karena dalam masa tunggu, kita bisa melakukan hal lainnya.

Yaaaaa, dimanapun, kapanpun, bagaimanapun, kita harus bersyukur kepada Allah.

Oia, belajar untuk tidak membuat orang menunggu itu lebih baik lho. *jadiingetpenyakitorangIndonesia*