Pages

Jumat, 21 Oktober 2011

Cita-cita

Hari ini,

seseorang anak kelas 5 SD ditanyakan oleh seseorang mahasiswa kedokteran.

Mahasiswa kedokteran : cita-cita kamu apa dek ?

Anak SD : cita-cita saya ingin meningkatkan derajat orang tua,(setelah berkata seperti itu, anak SD itu nangis)

seorang anak sekecil itu dapat berfikir demikian....
semoga cita-cita yang baik itu dapat tercapai ya...

Jadi mikir,
kalo kita ditanya seperti itu, apa jawaban kita?

Kamis, 20 Oktober 2011

Kertas Bungkus Vs Lunch Box

kemarin, waktu mau berangkat ke kampus, saya mikir.....


kalo 1 hari, orang yang ngekos disolo *misalnya yang kuliah di UNS* makan dengan cara dibawa kerumah pake kertas bungkus + plastik minimal 2 kali aja. dan dimisalkan ada 12 ribu mahasiswa UNS yang setiap harinya beli makanan tersebut berarti ada


12000 x 2 = 24000

24 ribu lembar kertas bungkus makanan + 24 ribu plastik kresek yang menjadi limbah yang harus dipikirin gimana cara ngolahnya.










padahal kita semua tahu, butuh waktu 200-400 tahun plastik bisa dihancurkan secara alami, WOW, lama kan...

kalo kita itung2, berhari-hari, berminggu-minggu, berbulan-bulan, bertahun-tahun, berapa banyak kertas bungkus dan plastik yang terakumulasi dan jadi limbah...

jadi mikir, kenapa ga kita ganti aja plastik bungkus itu sama tempat makan, banyak lho sekarang tempat makan yang unyu-unyu, stylish, dan yang pasti lebih ramah lingkungan. dan yang pasti lebih ramah sama kesehatan.




mulai dari diri sendiri untuk melindungi bumi kita, walaupun kecil, insya Allah bermanfaat...



18393

"bapak dan ibu dokter di indonesia, belajarlah berkomunikasi dengan pasienmu ... berikan hipotesismu, uraikan langkah penangananmu, jelaskan hasil diagnosis dari observasimu, pasien berhak untuk tahu itu ... hipotesis bisa salah, diagnosis juga bisa salah, dan kami paham itu, karena itu tak perlu bersembunyi dari itu"

-Romi Satria Wahono-



Tulisan ini saya dapatkan ketika lagi status walking*bikin istilah baru di FB. langsung saya like...

Jadi inget kejadian beberapa minggu yang lalu waktu saya sedang berobat, dokternya pendiem abisss, cuma ditanyain sakit apa, dimana, kapan. terus dokternya cuma nulisin resep obat diare dan obat maag*gastritis. tanpa bilang apa-apa lagiiii.

terus saya curhat ke temen, dan temen saya bilang, "aturan kamu tanya nis, dok, waktu kuliah diajarin komunikasi ga??"

berkaca dari situ, sebenernya waktu kuliah, di tiap semester tuh diajarin komunikasi, dari A sampai Z. tapi banyak dari dokter dan calon dokter masih menyampingkan komunikasi antara dokter-pasien ini.

seharusnya dokter memberikan hipotesis, penguraian atas langkah yang akan dokter lakukan dan menjelaskan hasil diagnosis selengkap-lengkapnya, tapi, kalo kita lihat di rumah sakit atau klinik yang pasien nya banyak, mungkinkah hal ini terjadi?
terus kalo memang hasil diagnosis itu buruk, misalnya kayak prediksi umur buat pasien kanker, di Indonesia khususnya, hal ini masih terdengar ga etis. padahal di jepang*saya lihat di film, pasien berhak tahu dari A sampai Z, tentang penyakitnya, efek yang ditimbulkannya, terapi, penatalaksanaanya, dan hasil yang mungkin dapat terjadi pada pasien.

ya memang itu semua hak pasien, tapi, masih banyak juga pasien yang datang ke dokter cuma mau minta obat dan yang penting sembuh. padahal kesembuhan juga bukan dokter yang menentukan. di sisi lain, siapkah si pasien dalam menerima kenyataan tentang penyakitnya jika itu berat.

nah, perlu dipikirkan pernyataan tersebut, yang pasti, komunikasi yang baik antara dokter dan pasien harus ada. komunikasi itu pun harus disesuaikan dengan tingkat ekososial dan psikologis dari pasien.

semoga kita yang calon dokter, dapat mengamalkan ilmu komunikasi yang diajarin di kampus dengan baik saat kita menjadi dokter kelak.